Sabtu, 28 Juli 2012

SENI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN


Permainan anak-anak yang bernilai edukatif dapat dilakukan melalui kegiatan seni, khususnya seni rupa. Pengertian seni pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani), baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya (Rohidi, 1985:81). Keterkaitan seni dengan permainan juga dijelaskan oleh Ross (1978). Salah satu kegiatan seni rupa, sebagai permainan, yang sangat disukai anak-anak ialah kegiatan menggambar. Hampir setiap anak yang diberi alat tulis akan menggoreskannya pada bidang kosong. Jika diberi kertas, dia akan menggoreskannya pada kertas dengan sesuka hati. Jika tidak diberikan kertas, dia akan mencoretkannya pada dinding atau lantai rumah. Keasyikan menggambar anak-anak itu merupakan bukti bahwa menggambar baginya sangat memuaskan dan menyenangkan perasaan. Menggambar bagi anak-anak dapat juga menjadi alat berkomunikasi dan berekspresi yang utuh sesuai dengan dunianya.
Kegiatan bermain merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang penting untuk diperhatikan oleh pendidik (dan orang dewasa). Sebagian besar perkembangan kepribadian anak, misalnya sikap mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik, dibentuk oleh kegiatan permainannya.
Anak-anak yang penalarannya belum berkembang sangat bergairah berkarya seni, karena kegiatan ini memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi anak-anak untuk mengungkapkan perasaan atau berekspresi. Ketika penalarannya bangkit, seni harus dipersiapkan untuk memberikan jalan bagi ekspresi tersebut sebagai kegiatan yang mereka senangi (Read, 1970:283). Dalam konteks itulah seni dijadikan media pendidikan. Faedah pendidikan seni, sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
a.    memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu,
b.    memberikan pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
c.    sebagai bagian yang penting dari kebudayaan.
Istilah seni sebagai media pendidikan tidak berarti bahwa kegiatan seninya tidak penting (karena dianggap hanya sekedar media). Keterlibatan siswa dengan seni tetaplah harus menjadi prioritas dalam rangka membentuk kemampuan seni atau meningkatkan kemampuan seni yang sudah ada pada diri para siswa. Upaya peningkatan kualitas belajar menjadi fokus kegiatan; dan ini berlaku umum dalam program belajar apa pun.
Pendidikan seni rupa bukan sekedar kegiatan rutin, sekedar untuk mengisi jam pelajaran yang tersedia. Siswa harus merasa bahwa dari kegiatan-kegiatan kesenirupaan di sekolah, ada hasil nyata yang dia perloleh, ada peningakatan atau kemajuan yang ia capai, dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang senang menjadi senang, dari tidak terampil menjadi lebih terampil, dari kurang bisa menata menjadi lebih bisa menata, dari kurang bisa membedakan menjadi lebih bisa membedakan (berbagai hal yang menyangkut kesenirupaan). Secara kodrati, kita semua, khususnya para siswa, tentu tidak menyukai kegiatan remeh-temeh, kegiatan yang tidak berkualitas, yang hanya membuang-buang waktu.
Jika pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaannya, maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan sebagai cara dan sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan dengan menggunakan seni rupa sebagai cara dan sekaligus sebagai sarananya. Pada bagian ini perlu dijelaskan perbedaan makna antara pendidikan seni rupa dengan pengajaran seni rupa agar tidak sampai menimbulkan kesalahtafsiran dalam penggunaan istilah tersebut.

SENI ADALAH KEINDAHAN SENI ADALAH EKSPRESI


A. Seni Adalah Keindahan
Secara umum banyak orang yang mengemukakan pengertian seni sebagaikeindahan. Pengertian seni adalah produk manusia yang mengandung nilai keindahanbukan pengertian yang keliru, namun tidak sepenuhnya benar. Jika menelusuri arti senimelalui sejarahnya, baik di Barat (baca: sejak Yunani Purba) maupun di Indonesia, nilaikeindahan menjadi satu kriteria yang utama. Sebelum memasuki tentang pengertian seni,ada baiknya dibicarakan lebih dahulu tentang: apakah keindahan itu.Menurut asal katanya, “keindahan”dalam perkataan bahasa Inggris:beautiful (dalam bahasa Perancis beau , sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kataLatin bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunya.bentuk pengecilan menjadibonellumdan terakhir dipendekkan sehingga ditulisbellum.Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalitaabstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalambahasa Inggris sering dipergunakan istilahbeauty(kendahan) danthe beautifull (bendaatau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu kadang-kadangdicampuradukkan saja.
B. Seni adalah Ekspresi
Kesenian adalah Jiwa Ketok, demikian ungkapan S. Sudjoyono yang berkumandang demikian keras di seputar seni lukis Indonesia; maksudnya Seni adalah ekspresi atau ungkapan jiwa si seniman.
Bagi Herbert Read, Urutan Teoritis terjadinya seni adalah: pertama pengamatanterhadap kualitas material; kedua, penyusunan hasil pengamatan tersebut; dan ketiga, pemanfaatan susunan tadi untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya.
Desain yang estetik sudah cukup dengan dua tahapan pertama, tetapi untuk dapat membuat desain yang indah itu menjadi seni, haruslah ia ditambah dengan ekspresi.
Sekarang ada kecendrungan seni kita lebih mengarah ke yang rasional. Dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini seni yang selalu merefleksi jamannya juga menteknologikan diri. Konsepsi seni sering kali menjadi rasional sekali dan tekniknyapun tinggi serta rumit. Sekarang masyarakat kita sanggup menerima apa saja, yang emosional maupun rasional.

Pengertian dan Definisi Kesenian Menurut Para Ahli

 
 
Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi kesenian menurut beberapa ahli:

# KOTTAK
seni sebagai kualitas, hasil ekspresi, atau alam keindahan atau segala hal yang melebihi keasliannya serta klasifikasi objek-subjek terhadap kriteria estetis


# J.J HOGMAN
Kesenian adalah sesuatu yang mempunyai unsur ideas, activities, dan artifacts


# KUNTJARANINGRAT
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.


# WILLIAM A. HAVILAND
Kesenian adalah keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu


# IRVING STONE
Kesenian adalah kebutuhan pokok. Seperti  roti atau anggur atau mantel hangat dimusim dingin. Mereka yang mengira kesenian adalah barang mewah, pikirannya tidak utuh. Roh manusia menjadi lapar akan kesenian seperti halnya perutnya keroncongan minta makan

SENI RUPA ZAMAN PRASEJARAH & HINDU 


A. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme). Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam.
1.      Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar) Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a.       Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan.
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu.
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll.
b.      Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c.       Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang).
2.      Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang, 2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
C.     B. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
a.       Proses peniruan (imitasi)
b.      Proses Penyesuaian (adaptasi)
c.       Proses Penguasaan (kreasi)
Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a.       Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b.      Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c.       Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d.      Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesiA
Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
1.      Seni Bangunan:
Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
·         Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
·         Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya
·         candi Bajang Ratu
·         Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
·         Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
·         Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi - Tubuh candi.- Atap candi
2.      Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
Halaman depan terdapat balai pertemuan
Halaman tengah terdapat balai saji
Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
Pura agung, didirikan di komplek istana
Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
Pura laut, didirikan di tepi pantai

Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munden)
C. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang


D. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan

E. Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori – teori baru itu kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni.
GAMBAR ILUSTRASI

SENI BLOK

GAMBAR BEBEK (Binatang Unggas Berkaki 2)

BATIK BUNGA (menggunakan pensil 2B)






GAMBAR GAJAH (binatang berkaki empat)

GAMBAR MANUSIA (ANAK DAN ORANG DEWASA)


SENI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN
Permainan anak-anak yang bernilai edukatif dapat dilakukan melalui kegiatan seni, khususnya seni rupa. Pengertian seni pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani), baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya (Rohidi, 1985:81). Keterkaitan seni dengan permainan juga dijelaskan oleh Ross (1978). Salah satu kegiatan seni rupa, sebagai permainan, yang sangat disukai anak-anak ialah kegiatan menggambar. Hampir setiap anak yang diberi alat tulis akan menggoreskannya pada bidang kosong. Jika diberi kertas, dia akan menggoreskannya pada kertas dengan sesuka hati. Jika tidak diberikan kertas, dia akan mencoretkannya pada dinding atau lantai rumah. Keasyikan menggambar anak-anak itu merupakan bukti bahwa menggambar baginya sangat memuaskan dan menyenangkan perasaan. Menggambar bagi anak-anak dapat juga menjadi alat berkomunikasi dan berekspresi yang utuh sesuai dengan dunianya.
        Kegiatan bermain merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang penting untuk diperhatikan oleh pendidik (dan orang dewasa). Sebagian besar perkembangan kepribadian anak, misalnya sikap mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik, dibentuk oleh kegiatan permainannya.
Anak-anak yang penalarannya belum berkembang sangat bergairah berkarya seni, karena kegiatan ini memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi anak-anak untuk mengungkapkan perasaan atau berekspresi. Ketika penalarannya bangkit, seni harus dipersiapkan untuk memberikan jalan bagi ekspresi tersebut sebagai kegiatan yang mereka senangi (Read, 1970:283). Dalam konteks itulah seni dijadikan media pendidikan. Faedah pendidikan seni, sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
a.    memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu,
b.    memberikan pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
c.    sebagai bagian yang penting dari kebudayaan.
Jika pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaannya, maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan sebagai cara dan sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan dengan menggunakan seni rupa sebagai cara dan sekaligus sebagai sarananya. Pada bagian ini perlu dijelaskan perbedaan makna antara pendidikan seni rupa dengan pengajaran seni rupa agar tidak sampai menimbulkan kesalahtafsiran dalam penggunaan istilah tersebut.
       Pendidikan seni rupa bukan sekedar kegiatan rutin, sekedar untuk mengisi jam pelajaran yang tersedia. Siswa harus merasa bahwa dari kegiatan-kegiatan kesenirupaan di sekolah, ada hasil nyata yang dia perloleh, ada peningakatan atau kemajuan yang ia capai, dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang senang menjadi senang, dari tidak terampil menjadi lebih terampil, dari kurang bisa menata menjadi lebih bisa menata, dari kurang bisa membedakan menjadi lebih bisa membedakan (berbagai hal yang menyangkut kesenirupaan). Secara kodrati, kita semua, khususnya para siswa, tentu tidak menyukai kegiatan remeh-temeh, kegiatan yang tidak berkualitas, yang hanya membuang-buang waktu.
Istilah seni sebagai media pendidikan tidak berarti bahwa kegiatan seninya tidak penting (karena dianggap hanya sekedar media). Keterlibatan siswa dengan seni tetaplah harus menjadi prioritas dalam rangka membentuk kemampuan seni atau meningkatkan kemampuan seni yang sudah ada pada diri para siswa. Upaya peningkatan kualitas belajar menjadi fokus kegiatan; dan ini berlaku umum dalam program belajar apa pun.
 
PENDEKATAN BERBASIS DISIPLIN ILMUNDAN PENDEKATAN KOMPETENSI DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA
Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan seni rupa berbasis disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat DBAE) berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofis maupun ilmiah dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian.
Pendukung Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin berpendapat bahwa pendidikan seni rupa yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikan seni rupa perlu diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam kegiatan belajar: produksl seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni rupa dan estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/ menciptakan karya seni rupa tetapi juga perlu mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagal masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.
Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut.
Pendekatan Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan kompetensi sering dianggap sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk DBAE ?). Tetapi jika direnungkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya.
. Inti pandangannya adalah bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan. Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002). 
Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar-mengajar terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Ekspresi-kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada di dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata:―siswa memiliki kemampuan berapresiasi…,dst. Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.
 
PERAN GURU DALAM PROSES PENDIDIKAN SENI RUPA DISEKOLAH

Sering dikemukakan orang bahwa kegiatan berkarya seni, anak-anak tidak perlu dimotivasi, karena mereka sudah dengan sendirinya menyukai kegiatan ini. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana terbuktidalam kenyataan. Tidak semua anak secara spontan mampu berkresi, sekalipun ia berada pada fase perkembangan yang disebut “the golden age of creative expression” (masa keemasan ekspresi kreatif), sekitar usia kelas I-III SD. Kiranya faktor lingkungan budaya turut memegang peranan penting dalam hal ini. Spontanitas berekspresi-kreatif pada anak hanya terjadi jika didukung oleh iklim yang menunjang dan melalui serangkaian pengalaman berkesenian, baik dalam bentuk kegiatan apresiasi maupun kreasi.
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan. Di ruangan kelas, setiap saat guru senantiasa diperlukan siswanya.
Peran kunci guru seni, tidak lagi terletak pada mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menggambar, atau memberikan contoh gambar untuk ditiru siswa, tetapi lebih terfokus kepada penciptaan iklim belajar yang menunjang, suasana yang akrab serta adanya penerimaan guru atas pribadi para siswa yang beranekaragam dengan karya dan gagasan mereka yang bervariasi pula. Dalam keseluruhan penyelenggaraan kegiatan seni di sekolah, peranan guru adalah memberi inspirasi, memberi kejelasan/klarifikasi, membantu menerjemahkan gagasa, perasaan dan reaksi siswa ke adalam bentuk-bentuk karya seni yang terorganisasi secara estetis (Jefferson, 1969) atau menciptakan iklim yang menunjang bagi kegiatan “menemukan”, “eksplorasi”, dan “produksi”. Peranan ini dapat dimainkan guru, baik pada saat awal atau di tengah pelajaran sedang berlangsung. Tentu saja, untuk dapat berperan seperti ini guru perlu “mengasah” kepekaan rasa seninya secara memadai, melalui kegiatan belajar yang terus menerus (belajar diartikan: mengamati, menghayati, mengkaji atau berkarya).
Tugas-tugas guru seni sebetulnya cukup jelas dan spesifik tetapi jangan diartikan secara kaku. Yang penting, tetaplah berorientasi kepada kebutuhan belajar siswa. Tugas-tugas guru paling sedikit meliputi lima kegiatan penting, yaitu: (1) merancang, (2) memotivasi, (3) membimbing, (4) mengevaluasi, (5) menyelenggarakan pameran.
Berikut ini akan dibahas salah satu tugas yang sangat penting bagi guru dan perlu dikembangkan, tetapi sering diabaikan yaitu memotivasi.
Beberapa cara yang dapat dijadikan alat memotivasi oleh guru pada awal pelajaran seni rupa yaitu : insentif, membangunkan pengalaman pribadi (ingatan, asosiasi emosional), pengamatan langsung kepada objek di lingkungan, asosiasi gagasan dengan bahan/media dan perluasan pengetahuan.
Insentif disini lebih diartikan sebagai penguatan (reinforcement) bersifat non-material, yang memungkinkan para siswa tergugah minatnya untuk mengikuti pelajaran. Bentuknya antara lain berupa : kata-kata pujian, gerak mimik, acungan jempol, atau tanda persetujuan dan penerimaan guru kepada siswa yang mengemukakan gagasan menarik. Hal ini dapat dilakukan terutama diskusi awal.
Membangunkan ingatan perlu dilakukan, untuk mengungkapkan kembali pengalaman siswa di masa lalu yang mungkin sudah dilupakan. Caranya, dengan melakukan pancingan-pancingan kata-kata, kalimat pernyataan atau pertanyaan yang tak perlu dijawab secara verbal.
Asosiasi gagasan dengan bahan. Artinya, setiap jenis bahan yang digunakan memiliki karakter khusus yang memancing ide penciptaan. Memperluas pengetahuan artinya, guru berupaya agar pengetahuan siap mengenai suatu objek yang telah dimiliki siswa, ditambah, diperkaya ileh guru maupun siswa-siswa lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi pada tahap awal, pada waktu kegiatan berlangsung atau setelah hasil karya selesai dibuat siswa. Pengetahuan yang luas akan memperlancar proses kreasi, bahkan meningkatkan daya tarik hasil karya.
BUKU SENI RUPA (KRESEK)
Kresek merupakan sebuah singkatan dari kreasi karya dan seni. Didalam buku ini berisi gambar tema kotak bulat, garis asal, pemandangan, gambar bebas, batik beda motif, dan warna-warna, teknik pembuatan gantungan kunci, dll.
LUKISAN BURUNG (menggunakan cat air)





MENGGAMBAR BENTUK MOBIL

GAMBAR KOTAK BULAT ( sarana mengetahui keseimbangan otak kiri & kanan)

Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, kertas warna, kertas limbah, bahan alam, potongan kain, lem, pinsil, gunting, atau/dan cutter. Prosedur pengerjaan:
(a) Buatlah rancangan/gambar yang akan diselesaikan dengan kolase pada kertas gambar yang disediakan.
(b) Jiplakkan bentuk/gambar pada warna sesuai pilihan, potong/gunting secermat mungkin. Kemudian tempelkan bentuk/gambar tersebut menggunakan lem pada tempat yang sudah dirancang tadi. Warna yang digunakan dapat diambil dari kertas warna, potongan kain, limbah percetakan, limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya)KOLASE BERBENTUK KUPU-KUPU


WAYANG DARI PLASTIK ATUM







LUKISAN ABSTRAK


MERANGKAI TALI KUR MENJADI GELANG 2

MERANGKAI TALI KUR MENJADI GELANG 1

MERANGKAI KARDUS

MERANGKAI
Marangkai ialah menyusun atau menyambungkan bagian benda yang satu ke benda yang lain hingga membentuk suatu komposisi yang utuh berkesatuan.
Bahan:
- kardus
Alat:
- penggaris
- pensil
- guntimg

KOLEKSI GAMBAR ANAK SD KELAS 6

KOLEKSI GAMBAR ANAK SD KELAS 5

KOLEKSI GAMBAR ANAK SD KELAS 4

KOLEKSI GAMBAR ANAK SD KELAS 3

KOLEKSI GAMBAR ANAK SD KELAS 2

KOLEKSI GAMBAR ANAK SD KELAS 1

Gambar Bentuk
Menggambar bentuk adalah kegiatan menggambar dengan meniru kemiripan bentuk benda model yang disimpan di depan penggambar. Bagi anak SD kemiripan tidak selalu harus seperti memotret, tetapi yang penting adalah bagaimana anak-anak bisa mengekspresikan ide/gagasan tentang bentuk benda yang diamatinya itu. Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, benda/model yang akan digambar, pinsil hitam/pinsil warna/ballpoint/spidol. Prosedur pengerjaan:
(a) Tempatkan benda/model yang akan digambar di tengah anak-anak yang akan menggambar.
(b) Anak-anak menggambar benda dengan mencontoh langsung benda yang dijadikan modelnya sesuai posisi mereka.
(c) Penyelesaian akhir gambar bisa hanya hitam putih, hanya dengan pinsil saja, dengan ballpoint, atau mungkin dengan pinsil warna.


Sabtu, 21 Juli 2012

Gambar Bentuk

Gambar Pemandangan

Gambar Pemandangan

Gambar Pemandangan

Gambar Pemandangan
Gambar Pemandangan

Gambar Pemandangan

Menggambar dekoratif ialah kegiatan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar, atau pada benda tertentu. Sifat dekoratif pada gambar menunjukkan fungsi gambar sebagai hiasan (motif hias). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas gambar, pewarna, kuas, pinsil hitam/pinsil warna/spidol. Prosedur pelaksanaannya:
(a) Buat rancangan atau gambar berupa motif hias/ornamen pada kertas yang sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu.
(b) Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak, atau geometris.
(c) Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih saja, atau berwarna.
(d) Warna-warna yang digunakan bisa diambil dari: pewarna buatan, atau pewarna alam.
 Gambar Dekoratif






Gambar Guci

Origami Kelinci

Gambar Ilustrasi Rumput

Gambar Ilustrasi pohon & Rumput